Cacar Air: Gejala, dan Cara Efektif Mencegah Penyebarannya

Banyak orang mengira cacar air adalah penyakit yang hanya menyerang anak-anak sekali seumur hidup. Memang ada beberapa kasus yang demikian. Namun orang dewasa yang sebelumnya tidak pernah terkena atau menerima vaksin cacar air masih bisa terinfeksi penyakit tersebut.

Mengenal Cacar Air

Cacar air yang juga dikenal sebagai varicella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Virus ini menular. Ketika seseorang terkena infeksi, akan muncul ruam atau bintik-bintik merah kecil yang gatal pada kulit. Lalu ruam ini berkembang menjadi gelembung berisi cairan hingga membentuk keropeng sebelum akhirnya sembuh.

Virus yang menyebabkan cacar air biasanya menyebar lewat udara misalnya melalui batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi. Ketika terkena infeksi virus ini, seseorang bisa menulari orang lain selama 1-2 hari sebelumnya timbulnya ruam dan sampai semua gelembung menjadi keropeng, umumnya 4-5 hari. Adapun jarak antara kontak dengan virus dan berkembangnya penyakit bervariasi tergantung individu.

Karena virus cacar air ini menular, orang yang terinfeksi mesti mengisolasi diri dengan cara tidur sendiri, menggunakan pakaian dan barang-barang tidak secara bergantian. Menurut NHS, cacar air sangat umum terjadi pada anak berusia diatas 9 bulan hingga 10 tahun. Anak-anak lebih sering terkena infeksi virus varicella antara Maret dan Mei terutama di lingkungan sekolah atau tempat penitipan anak yang ramai.

Gejala

Gejala cacar air pada anak-anak dan orang dewasa secara umum sama. Namun biasanya gejala pada orang dewasa lebih parah. Gejala itu antara lain:

  • Demam, badan pegal linu, dan sakit kepala 1-2 hari sebelum muncul ruam
  • Bintik-bintik merah yang gatal muncul di dada, wajah, leher, dan kulit kepala
  • Jika bintik-bintik ini digaruk, bisa meninggalkan bekas luka
  • Nafsu makan menurun
  • Sakit kepala
  • Gangguan pernapasan

Gejala cacar air ini biasanya menghilang dalam waktu 2-4 minggu setelah ruam pertama kali muncul.

Penyebab

Penyebab cacar air adalah virus varicella-zoster. Virus ini amat menular dan bisa menyebar lewat udara. Virus varicella mampu hidup dalam lendir hidung dan tenggorokan sehingga bisa menyebar ke udara saat bersin atau batuk.

Orang yang pernah terinfeksi virus varicella akan memiliki kekebalan terhadap virus tersebut sehingga tidak akan terkena lagi di kemudian hari. Namun virus ini bisa bertahan di sistem saraf dan kembali aktif dalam tubuh sehingga menyebabkan cacar ular atau herpes zoster pada orang dewasa.

Seseorang lebih berisiko terkena cacar air jika:

  • Berusia di atas 9 bulan hingga dewasa
  • Tidak pernah mendapat vaksin cacar air atau tidak pernah terkena cacar air sebelumnya
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya orang dengan HIV/AIDS, sedang menjalani kemoterapi, atau mengonsumsi obat imunosupresan
  • Tinggal, bekerja, atau sering beraktivitas di tempat yang padat, misalnya sekolah, tempat penitipan anak, atau kantor dengan banyak karyawan
  • Berkontak dengan orang yang terinfeksi virus varicella-zoster
  • Kurang baik dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Cara Dokter Mendiagnosis Cacar Air

Dokter umumnya dapat menegakkan diagnosis cacar air berdasarkan gejala klinis serta riwayat kesehatan pasien. Dokter akan mengamati ruam bintik atau gelembung cacar pada kulit dan menanyakan gejala yang dialami pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, dokter biasanya sudah bisa memberikan diagnosis.

Meski demikian, sebagian besar diagnosis cacar air sudah cukup bersumber dari gejala pasien dan pemeriksaan fisik. Selain bintik-bintik merah di kulit, gejala seperti demam, letih lesu, dan sakit kepala sudah bisa menjadi dasar untuk menegakkan diagnosis.

Cara Mengatasi Cacar Air

Cacar air biasanya bisa hilang sendiri jika imunitas pasien baik. Tak ada penanganan spesifik untuk anak ataupun orang dewasa yang terkena cacar air. Mereka bisa menjalani perawatan sendiri di rumah, biasanya untuk meredakan rasa gatal di kulit atau gejala lain yang mengganggu. Yang pasti, jangan pernah menggaruk ruam bintik atau gelembung yang muncul karena bisa menyebabkan bekas luka permanen dan infeksi kulit.

Cara yang aman untuk mengatasi gejala cacar air antara lain:

  • Tidur cukup (mengistirahatkan diri)
  • Makan makanan bergizi, minum vitamin untuk meningkatkan imunitas
  • Mandi dengan air hangat dan larutan anti gatal
  • Menggunakan krim atau pelembab setelah mandi untuk mengurangi rasa gatal
  • Menggunakan parasetamol untuk mengatasi demam atau ketidak nyamanan

Komplikasi

Komplikasi cacar air bisa terjadi karena virus sudah menyebar ke bagian tubuh lain atau ada infeksi tambahan oleh bakteri. Terutama pada orang dengan komorbid atau dengan imunitas rendah. Komplikasi yang bisa terjadi termasuk:

  • Sepsis atau penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, seperti kulit, jaringan lunak, tulang, persendian, dan aliran darah
  • Pneumonia atau radang paru-paru
  • Peradangan otak atau ensefalitis

Bagi orang yang terinfeksi cacar air ketika hamil, terutama hamil muda, ada juga potensi komplikasi berupa kelainan saat lahir atau abnormalitas yang dialami bayi ketika lahir.

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah cacar air adalah mempraktikkan hidup bersih dan sehat. Cara lainnya termasuk:

  • Menerima vaksin cacar air
  • Menghindari kontak dengan orang sedang yang terkena cacar air
  • Kurangi kontak dengan orang sekitar karena dapat menular melalui udara

Vaksin memang bukan jaminan seseorang tak akan terkena cacar air. Namun apabila terinfeksi, gejala yang dialami umumnya tidak parah.

8 Cara Mencegah Stroke yang Bisa Dilakukan sejak Usia Muda

Cara mencegah stroke dapat dilakukan sekarang juga, tanpa memandang usia, gejala yang terjadi, maupun riwayat keluarga yang pernah terkena stroke. Beberapa cara tersebut dapat berupa perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, hingga berhenti merokok.

Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang bertugas membawa oksigen dan darah ke otak terganggu, baik karena sumbatan maupun pecahnya pembuluh darah di otak. Tanpa asupan darah dan oksigen yang cukup, sel-sel otak tidak akan berfungsi bahkan mati.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit stroke, seperti memiliki keluarga dengan riwayat penyakit stroke, berjenis kelamin lelaki, dan pertambahan usia. Meskipun dapat berakibat fatal, kondisi ini bisa dihindari dengan menerapkan cara mencegah stroke.

Beberapa Cara Mencegah Stroke

Anda memang tidak bisa mengubah kenyataan akan riwayat penyakit yang dimiliki keluarga dan pertambahan usia. Namun, Anda masih bisa mengurangi risiko terkena stroke dengan menerapkan cara mencegah stroke seperti berikut ini:

1. Mengonsumsi makanan sehat

Mengatur pola makan dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah stroke. Pasalnya, pola makan yang tidak sehat dapat memicu kelebihan berat dan obesitas yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke hingga 22% lebih tinggi.

Oleh karena itu, konsumsilah makanan sehat, seperti, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, ikan, daging unggas maupun daging tanpa lemak sebagai cara mencegah stroke. Batasi juga konsumsi garam dan gula untuk menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula. Dengan begitu, risiko terkena stroke pun berkurang.

2. Melakukan olahraga

Selain mengonsumsi makanan sehat, Anda juga perlu melakukan olahraga untuk mencegah stroke. Dengan berolahraga secara teratur setidaknya 30 menit sehari, Anda dapat mengurangi faktor pemicu stroke, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol.

Tidak perlu langsung melakukan aktivitas olahraga yang berat, Anda dapat memulai langkah sederhana dengan berjalan santai setiap pagi setelah sarapan, menggunakan tangga dibandingkan lift saat di kantor, atau menjadi anggota klub kebugaran bersama teman.

3. Menghentikan kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke 2−4 kali lebih tinggi. Hal ini karena nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah, serta karbon monoksida dalam asap rokok bisa menurunkan kadar oksigen di dalam darah.

Selain itu, tembakau juga dapat meningkatkan kadar trigliserida, membuat darah lebih mudah menggumpal, dan merusak pembuluh darah.

Oleh karena itu, sebagai cara mencegah stroke, Anda dapat menghentikan kebiasaan merokok. Berhenti merokok selama 2−4 tahun terbukti dapat menurunkan risiko terkena stroke.

4. Menghentikaan kebiasaan mengonsumsi alkohol

Cara mencegah stroke lainnya yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengurangi konsumsi alkohol. Jenis minuman ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan fibrilasi atrium. Kedua kondisi tersebut bisa meningkatkan risiko terkena stroke.

Selain itu, minuman beralkolhol juga mengandung kalori yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan makin meningkatkan risiko terkena stroke. Apabila Anda benar-benar ingin terhindar dari stroke, sebaiknya hentikan konsumsi alkohol sekarang juga.

5. Mengontrol tekanan darah

Tekanan darah tinggi merupakan penyebab terbesar terjadinya stroke baik pada laki-laki maupun wanita. Tingginya tekanan darah dapat pembuluh darah menjadi rapuh dan penyumbatan pembuluh darah. Keduanya bisa melemahkan pembuluh darah arteri dan membuatnya lebih mudah pecah.

Untuk mencegah kondisi ini terjadi sekaligus sebagai cara mencegah stroke, Anda perlu mengontrol tekanan darah agar tetap stabil. Caranya adalah dengan tidak mengonsumsi garam lebih dari 1.500 miligram sehari, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, berolahraga, serta berhenti merokok.

6. Mengelola kadar gula darah

Tidak hanya tekanan darah tinggi, stroke juga dapat dipicu oleh diabetes. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dari waktu ke waktu. Selain itu, diabetes juga dapat menyebabkan timbunan atau gumpalan lemak di pembuluh darah otak, yang berisiko mempersempit hingga menghentikan aliran darah ke otak.

Sebagai cara mencegah stroke, Anda sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah, menerapkan diet untuk penderita diabetes, berolahraga, dan mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter untuk menjaga kadar gula darah.

7. Menurunkan kadar kolesterol

Pola makan yang buruk sering kali menyebabkan peningkatan kadar kolesterol. Hal ini tidak hanya dialami oleh orang tua, tetapi juga oleh anak muda yang menjalani pola hidup tidak sehat. Kondisi tersebut sangat berpotensi meningkatkan risiko terkena stroke.

Anda dapat melakukan pemeriksaan kolesterol sebagai langkah deteksi dini stroke. Selain itu, konsumsilah makanan sehat seperti buah, sayur, biji-bijian, dan daging tanpa lemak, serta obat penurun kolesterol untuk mengurangi risiko penyumbatan arteri yang dapat meningkatkan risiko terkena stroke.

8. Menjaga kualitas tidur

Penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Beberapa masalah tidur, seperti insomniasleep apnea, rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, hingga tidur lebih dari 9 jam, pun dikaitkan dengan meningkatnya risiko terkena stroke.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga kualitas dan waktu tidur antara 7−8 jam sehari. Selain itu, daripada menghabiskan waktu untuk tidur hingga siang hari, lebih baik Anda melakukan olahraga di pagi hari sebagai cara mencegah stroke sekaligus salah satu upaya menerapkan pola hidup sehat.

Stroke bisa menyerang siapa pun secara tiba-tiba dan kapan saja. Bila Anda memiliki risiko terkena stroke, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini. Selain itu, Anda juga bisa menerapkan cara mencegah stroke di atas dan mulai mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

Apa Itu Penyakit TBC? Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Pencemaran udara yang tinggi di beberapa kota Indonesia mengakibatkan munculnya penyakit yang berkaitan dengan gangguan pernapasan. Salah satunya adalah tuberkulosis atau sering disingkat sebagai TBC.

Berdasarkan informasi dari website TOSS TBC terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, negara kita menempati posisi kedua kasus TBC terbanyak di dunia dengan jumlah kasus sebanyak 969.000 pada tahun 2021. Peningkatan jumlah kasus penyakit ini membuat kita harus menyadari penyebab TBC dan cara mencegahnya.

Pengertian Penyakit TBC

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang memengaruhi sistem pernapasan, terutama paru-paru dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis atau bakteri TBC. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang penyebarannya melalui udara.

Tuberkulosis menyebar dengan mudah di area yang terdapat banyak orang berkumpul dalam kerumunan atau masyarakatnya tinggal dalam kondisi padat. Orang dengan HIV/AIDS dan orang lain dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular tuberkulosis.

Gejala Penyakit TBC

TBC terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Setiap tahap TBC ditandai dengan gejala yang berbeda yang muncul pada beberapa bagian tubuh.

Gejala Awal TBC

Gejala awal TBC termasuk gejala umum yang meliputi:

  • Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu

  • Batuk berdahak atau mengandung darah.

  • Rasa lelah yang berlebihan

  • Demam tinggi atau tubuh berkeringat malam hari

  • Kehilangan nafsu makan

  • Penurunan berat badan

  • Kesulitan menambah berat badan atau pertumbuhan pada anak-anak

Gejala Lanjutan TBC

Gejala lanjutan TBC terjadi pada penyakit TBC tahap aktif. Gejalanya mencakup:

  • Batuk berdahak atau berdarah

  • Nyeri dada

  • Nyeri saat bernapas atau batuk

  • Demam

  • Kedinginan

  • Badan berkeringat malam hari

  • Penurunan berat badan

  • Tidak memiliki nafsu makan

  • Kelelahan

Penyebab Penyakit TBC

Berikut adalah penjelasan mengenai penyakit TBC serta faktor risiko yang menyertainya.

Bakteri Penyebab TBC dan Cara Penularannya

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Orang yang menderita penyakit TBC tahap aktif di paru-paru atau kotak suara dapat menyebarkan penyakit ini. Mereka melepaskan tetesan kecil (droplets) yang membawa bakteri TBC melalui udara saat berbicara, batuk, atau bersin. Seseorang bisa terinfeksi setelah terhirup tetesan tersebut.

TBC menyebar lebih cepat ketika orang menghabiskan banyak waktu bersama pada ruangan yang bersifat indoor. Jadi penyakit ini mudah menyebar di tempat-tempat di mana orang tinggal atau bekerja bersama untuk jangka waktu lama. Selain itu, penyakit ini lebih mudah menyebar di kerumunan yang padat.

Faktor Risiko TBC

Beberapa kondisi yang membuat penyakit TBC mudah menular adalah:

  • Tinggal dengan seseorang yang menderita TBC tahap aktif.

  • Tinggal atau bepergian ke area dengan kasus TBC yang tinggi.

  • Tinggal di komunitas yang diidentifikasi berisiko tinggi terkena tuberkulosis.

  • Bekerja di bidang kesehatan dan merawat orang-orang dengan risiko tinggi terkena TBC.

  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga meningkatkan risiko penyakit TBC tahap aktif.

  • Penyakit seperti HIV/AIDS, diabetes, penyakit ginjal akut, kanker di area kepala, leher, dan darah.

  • Menjalani pengobatan kanker, penggunaan steroid yang diresepkan dalam jangka panjang.

  • Malnutrisi atau berat badan rendah.

  • Gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol.

  • Faktor usia, di mana anak usia di bawah 5 tahu memiliki risiko tinggi terkena TBC aktif. Sementara itu, usia 65 tahun ke atas menandakan sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga risiko terkena TBC aktif lebih tinggi.

Cara Mencegah Penyakit TBC

Lantas, pencegahan apa yang dilakukan untuk menghindari TBC? Berikut adalah penjelasannya:

1. Vaksinasi TBC

TBC dicegah dengan pemberian vaksinasi bacille Calmette-Guerin (BCG). Vaksinasi BCG direkomendasikan untuk beberapa orang yang memiliki risiko tertular bakteri TBC atau mengalami penyakit TBC secara serius, termasuk:

  • Bayi dan batita yang tinggal di area dengan kasus TBC yang tinggi.

  • Bayi dan anak-anak yang tinggal dengan seseorang yang menderita TBC.

  • Orang yang berusia 35 tahun ke bawah yang menghabiskan lebih dari 3 bulan di negara di mana TBC lebih umum terjadi.

  • Orang yang berisiko tertular TBC melalui pekerjaan, seperti tenaga kesehatan yang bekerja dengan orang yang menderita TBC.

2. Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan

Pencegahan TBC juga mencakup menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Langkah ini meliputi:

  • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah batuk atau bersin.

  • Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan bagian dalam ketika batuk atau bersin.

  • Penggunaan masker oleh orang yang menderita batuk atau demam dapat mengurangi risiko penularan TBC kepada orang di sekitarnya.

  • Pastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik dengan membuka jendela atau memasang ventilasi untuk mengurangi penyebaran kuman TBC.

3. Menghindari Faktor Risiko Terkena TBC

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan terkena TBC. Untuk mengurangi risiko, lakukan beberapa langkah di bawah ini:

  • Hindari kontak langsung dengan orang yang menderita TBC aktif, terutama selama masa pengobatan.

  • Upayakan menghindari kehidupan di area padat yang memudahkan penyebaran TBC.

  • Menjaga pola makan sehat, berolahraga, dan tidur yang cukup untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh lebih mampu melawan infeksi TBC.

  • Merokok dan konsumsi alkohol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga berhenti dari kebiasaan ini dapat membantu mengurangi risiko terkena TBC.

Perbedaan TBC dengan Batuk Biasa

Salah satu akibat penyakit TBC adalah munculnya gejala berupa batuk. Namun, Anda perlu membedakan antara batuk akibat TBC dan batuk biasa.

Batasan antara batuk TBC dan batuk biasa dapat dilihat dari gejala pendamping yang muncul. Penyakit TBC biasanya disertai dengan gejala pendamping lainnya, sedangkan batuk biasa umumnya tidak disertai dengan gejala khas lainnya.

Batuk TBC sering disertai dengan gejala-gejala lain yang muncul bersamaan. Beberapa gejala batuk TBC meliputi:

  • Demam

  • Badan menggigil.

  • Badan berkeringat malam hari.

  • Kehilangan nafsu makan.

  • Penurunan berat badan drastis.

  • Nyeri dada.

  • Sulit bernapas.

Sedangkan batuk biasa disebabkan oleh beberapa kondisi lain seperti:

  • Asma

  • Alergi

  • Refluks Asam Lambung (GERD)

  • Iritasi Jalan Napas karena Paparan Polusi

  • Penyakit Paru Lainnya

Tuberkulosis memang bisa disembuhkan, tetapi pasien harus patuh dengan proses pengobatan TBC, seperti mengonsumsi obat yang direkomendasikan. Kuman TBC yang resisten terhadap obat membutuhkan pengobatan TBC lebih lama dan jenis obat yang lebih banyak. Jika tidak diobati, TBC dapat berakibat fatal. Pengobatan untuk penyakit TBC aktif biasanya berlangsung selama enam hingga dua belas bulan.

Sementara itu, pengobatan batuk biasa tergantung pada penyebabnya. Jika batuk disebabkan oleh bakteri selain TBC, biasanya antibiotik akan diberikan selama 5-14 hari tergantung pada jenis bakteri tersebut.

TBC merupakan penyakit serius yang memerlukan pengobatan khusus, termasuk pemberian obat-obatan yang ketat dan pemantauan medis yang cermat. Pasien TBC perlu menjalani pengobatan yang cukup lama dan mematuhi rencana pengobatan untuk mencegah resistensi obat dan penyebaran penyakit.

Di sisi lain, batuk biasa, meskipun bisa disebabkan oleh berbagai kondisi seperti alergi atau infeksi ringan, umumnya membutuhkan perawatan yang lebih sederhana dan dapat diatasi dengan obat-obatan umum. Dengan membedakan keduanya, pasien dapat mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita, memastikan kesembuhan yang cepat dan efektif, serta mencegah penularan penyakit TBC.

Kesimpulan

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejalanya meliputi batuk yang berkepanjangan, demam, badan berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan, dan kelelahan. TBC dapat menyebar melalui udara saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah TBC tidak bisa dianggap diabaikan. Langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan secara teratur, menghindari kontak dekat dengan penderita TBC, memastikan sirkulasi udara yang baik di ruangan, dan mengenakan masker ketika diperlukan dapat mengurangi risiko penularan TBC.

Jika seseorang mengalami gejala TBC, segeralah mencari bantuan medis. Diagnosis dini dan pengobatan TBC yang tepat dapat mencegah penyebaran penyakit ini dan memastikan kesembuhan pasien.

https://prediksirumahnagker.com

https://warkopblokf.com

https://staging.jmc.edu.ph/

https://bulletin.csechem.org

https://pafikotamedanlabuhan.org

Penyakit Lupus: Gejala, Mencegah dan Mengobati

Tubuh kita memiliki sistem imun yang berfungsi melawan serangan/infeksi dari luar yang mengancam, misalnya bakteri, virus, atau jamur. Namun pada beberapa kondisi sistem ini berlebihan dan tak mampu membedakan sel-sel tubuh yang normal dan yang sel-sel yang patogen  sehingga justru membahayakan tubuh sendiri. Penyakit lupus adalah salah satu bentuk kondisi kegagalan fungsi sistem imun tersebut. Upaya pengobatan yang dilakukan saat ini mampu mengendalikan aktifitas penyakit sehingga perburukan dan komplikasi yang ditimbulkan dapat dicegah sehingga penyintas/pengidap bisa memiliki usia harapan hidup yang normal jika mendapat penanganan yang tepat.

Mengenal Penyakit Lupus

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun, yakni kondisi ketika sistem imun tubuh memproduksi antibodi yang justru menyerang jaringan sehat pada orang itu sendiri seolah-olah merupakan benda asing, seperti virus atau bakteri. Normalnya, sistem imun akan mendeteksi dan melawan benda asing atau antigen yang masuk dan bisa membahayakan tubuh, sehingga akan melindungi tubuh dari infeksi.

Namun, pada orang yang menderita penyakit lupus, sistem imun tak dapat membedakan antara antigen dan jaringan sehat dari tubuh sendiri. Akibatnya, sistem imun malah mengarahkan antibodi yang diproduksi untuk menyerang jaringan yang sehat hingga menyebabkan peradangan dan nyeri tubuh, lalu pada akhirnya menimbulkan kerusakan jaringan.

Istilah medis penyakit lupus adalah systemic lupus erythematosus atau SLE. Lupus adalah masalah kesehatan yang kompleks dan mempengaruhi orang secara berbeda-beda. Penyakit ini bisa mempengaruhi sendi dan kulit, bisa juga pembuluh darah hingga organ-organ dalam.

Dikenal beberapa jenis/tipe penyakit lupus, antara lain:

  • Lupus nefritis: peradangan pada ginjal yang disebabkan oleh lupus
  • Lupus neonatal: penyakit lupus yang mempengaruhi bayi baru lahir
  • Subacute cutaneous lupus erythematosus: lupus yang menyebabkan luka kulit pada area tubuh yang terpapar sinar matahari
  • Discoid lupus erythematosus: lupus yang menyebabkan ruam kulit yang tidak mudah hilang
  • Lupus terinduksi obat: lupus yang terjadi karena konsumsi oleh obat-obatan tertentu

Gejala

Gejala utama penyakit lupus termasuk:

  • Kelelahan ekstrem
  • Demam berkepanjangan
  • Sendi nyeri, kaku, dan bengkak
  • Sariawan yang berulang
  • Ruam berbentuk kupu-kupu di wajah yang menutupi pipi dan pangkal hidung
  • Lesi kulit yang terjadi karena paparan sinar matahari
  • Jari tangan dan kaki memutih atau membiru saat terkena dingin atau selama periode stres
  • Sesak napas
  • Sakit dada terutama ketika mengambil napas panjang dan berbaring
  • Mata kering
  • Rambut rontok
  • Sakit kepala
  • Kebingungan
  • Kejang
  • Hilang ingatan

Penyebab

Penyebab pasti penyakit lupus tak diketahui. Namun ada beberapa potensi pemicunya, seperti:

  • Genetik: riwayat lupus dalam keluarga membuat orang lebih rentan terkena penyakit ini
  • Infeksi: infeksi tertentu bisa menimbulkan lupus atau membuat lupus kambuh
  • Sinar matahari: paparan sinar matahari bisa memicu lupus dan menyebabkan lesi pada kulit
  • Hormon: diduga ada kemungkinan hormon estrogen sebagai pemicu lupus karena banyak wanita mengalami gejala lupus sebelum periode menstruasi dan/atau selama kehamilan saat produksi estrogen tinggi
  • Obat-obatan: obat tertentu, seperti obat antikejang dan antibiotik, dapat memicu gejala lupus

Cara Dokter Mendiagnosis Penyakit Lupus

Penyakit lupus menimbulkan gejala yang berbeda-beda dan seringkali membingungkan sehingga mungkin butuh waktu lebih lama hingga bisa ditegakkan diagnosis. Gejala penyakit ini serupa dengan banyak penyakit lain sehingga kerap disebut “si peniru ulung”, “seribu wajah”.

Dokter akan membuat diagnosis lupus dengan memeriksa gejala yang dialami, seperti demam, pembengkakan, ruam, dan nyeri sendi. Dokter juga akan mengecek riwayat kesehatan pasien dan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengidap penyakit lupus.

Adapun tes yang umumnya digunakan untuk mendiagnosis penyakit lupus adalah antinuclear antibody (ANA) test. Tes ini tidak spesifik digunakan untuk lupus, tapi hasilnya bisa membantu dokter mendapatkan informasi lebih banyak tentang kondisi pasien guna menegakkan diagnosis.

Tes lain juga mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi penyakit lupus yang diderita pasien, seperti:

  • Tes hitung darah lengkap
  • Asesmen kondisi ginjal dan hati
  • Tes analisis urine
  • Pemindaian sinar-X pada dada
  • Ekokardiogram atau USG jantung
  • Biopsi kulit

Cara Mengatasi Penyakit Lupus

Penyakit lupus tak bisa disembuhkan atau dihilangkan tapi bisa dikendalikan. Penanganan penyakit ini meliputi upaya menekan aktifitas sistem imun, pemantauan terhadap kondisi pasien dan perawatan terhadap gejalanya. Jenis penanganan yang diberikan bergantung pada tingkat keparahan kondisi dan sejauh mana sistem tubuh terpengaruh. Seringkali pasien memerlukan kombinasi penanganan profesional, antara lain:

1. Pengobatan

Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan peradangan. Lalu obat kortiskosteroid sebagai penanganan jangka pendek untuk kasus lupus sedang hingga parah. Kemudian beberapa obat yang spesifik seperti antimalaria dapat mengurangi respons autoimun tubuh. Obat lainnya juga bisa digunakan untuk meredam respons sistem imun yang abnormal dan meredakan gejala lain.

2. Istirahat dan olahraga

Istirahat dapat meredakan rasa lelah, nyeri, dan peradangan. Olahraga juga penting untuk menjaga kekuatan otot, mengurangi kekakuan sendi, dan menjaga mobilitas.

3. Menghindari sinar matahari

Sinar matahari bisa memicu luka bakar dan ruam kulit pada beberapa orang yang menderita lupus. Karena itu, pasien yang sensitif terhadap sinar matahari harus menghindari paparan sinar antara pukul 10 siang dan 3 sore. Bila berkegiatan di luar ruangan, gunakan tabir surya dan pakaian pelindung kulit.

4. Hindari rokok

Pengidap lupus yang merokok harus menghentikan kebiasaannya. Asap rokok meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah serta memperparah kerusakan organ yang disebabkan oleh penyakit lupus.

5. Terapi alternatif dan diet

Pasien lupus juga bisa menjalani terapi alternatif untuk mendapatkan ketenangan dan mengurangi stres, misalnya dengan yoga dan meditasi. Perbaikan pola makan juga penting untuk menjaga asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat.

Komplikasi

Penyakit lupus bisa menyebabkan berbagai macam komplikasi yang ringan hingga serius, seperti:

  • Anemia
  • Risiko perdarahan atau pembekuan darah
  • Radang pembuluh darah
  • Kerusakan ginjal atau gagal ginjal
  • Radang selaput rongga dada
  • Sakit kepala
  • Perubahan perilaku
  • Halusinasi
  • Stroke
  • Kejang
  • Radang otot jantung
  • Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan serangan jantung

Pencegahan

Karena sifatnya autoimun, pencegahan lupus tak bisa dilakukan sepenuhnya, namun orang-orang bisa mengambil langkah antisipasi dengan mewaspadai dan menghindari faktor risiko yang dapat memicu timbulnya ataupun kambuhnya penyakit lupus.

Kapan Harus ke Dokter?

Penyakit lupus memerlukan penanganan medis dan profesional. Bila ada gejala lupus, segera hubungi dokter untuk menjadwalkan konsultasi dan pemeriksaan. Terutama bila memiliki riwayat lupus dalam keluarga.

6 Makanan yang Dapat Membantu Menyembuhkan Sariawan

“Mengatasi sariawan juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan tertentu. Mulai dari yoghurt, hingga makanan yang kaya akan kandungan vitamin C seperti jeruk.”

Sudah tahu akan ada beberapa hal atau faktor yang dapat memicu terjadinya sariawan?  Sebut saja menurunnya kekebalan tubuh, hingga kurangnya asupan vitamin B, zat besi, hingga cedera akibat menyikat gigi terlalu keras atau menggigit bibir secara tidak sengaja.

Nah, kabar baiknya sariawan tak selalu harus diatasi dengan obat-obatan. Sebab, ada beberapa makanan yang dapat membantu proses penyembuhan sariawan, dan mengurangi risiko luka sariawan menjadi lebih buruk.

Mau tahu apa saja makanan-makanan tersebut? Berikut ulasannya!

Makanan yang Dapat Membantu Mengatasi Sariawan

Sariawan adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya luka di area mulut dan dapat dapat menimbulkan rasa nyeri. Luka yang muncul tersebut sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya.

Oleh sebab itu, ada baiknya sariawan diatasi sedini mungkin agar lukanya tidak semakin parah. Nah, berikut ini adalah beberapa makanan yang dapat dikonsumsi untuk membantu mengatasi sariawan, antara lain:

1. Makanan dengan kandungan vitamin C tinggi

Menurunnya sistem kekebalan tubuh dapat menjadi penyebab sariawan. Maka dari itu, makanan yang kaya akan kandungan vitamin C tinggi seperti buah jeruk, buah delima, dan berbagai sayuran hijau cocok untuk mengatasi sariawan.

Sebab, vitamin C dapat meningkatkan kembali sistem kekebalan tubuh dan melawan sariawan yang membandel.

2. Yoghurt

Yoghurt probiotik mengandung bakteri baik yang dapat mempercepat pemulihan luka sariawan. Di samping itu, yoghurt juga dapat membantu mulut mengembalikan keseimbangan antara bakteri baik dan jahat dalam mulut.

Yoghurt juga merupakan makanan yang lembut, sehingga cocok untuk dikonsumsi pengidap sariawan yang sulit menelan makanan. Selain kaya akan probiotik, yoghurt juga tinggi akan nutrisi lain yang baik bagi tubuh, seperti protein, vitamin B, dan kalsium.

3. Madu

Madu adalah salah satu obat sariawan alami dan dinilai cukup efektif untuk mengatasi sariawan. Sebab, madu memiliki sifat antibakteri dan juga antiradang. Keduanya dapat mempercepat pemulihan sariawan dan mengurangi rasa perih akibat luka yang ditimbulkan.

Kamu dapat meminum atau mengoleskan madu pada luka sariawan yang muncul di sekitar area mulut.

4. Makanan yang kaya akan vitamin B

Sariawan dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B pada tubuh. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin B bila sedang mengalami sariawan. Misalnya seperti telur, ikan, susu kedelai, daging, dan tiram agar sariawan cepat pulih.

5. Makanan tinggi zat besi

Penting diketahui bahwa kurangnya asupan zat besi pada tubuh juga dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan. Untuk mengatasinya, kamu dapat mengonsumsi beberapa makanan kaya zat besi.

Misalnya seperti daging sapi, tiram, hati ayam, kalkun, wijen, labu, kentang, dan brokoli. Selain untuk meredakan sariawan, makanan yang kaya zat besi juga dapat menguatkan tulang dan otot pada tubuh.

6. Air kelapa

Meski bukan termasuk sebagai makanan, tapi siapa sangka bahwa air kelapa dapat dikonsumsi untuk mengatasi sariawan. Sebab, dalam air kelapa terkandung antioksidan yang baik untuk tubuh dalam melawan penyakit. Selain itu, air kelapa juga mengandung nutrisi seperti magnesium, potassium hingga vitamin C.

Jika mengalami sariawan, Ini Pertolongan Pertama yang Bisa Kamu Lakukan

Selain makanan di atas, memenuhi asupan nutrisi penting seperti vitamin C, B, zat besi, serta asam folat penting dilakukan. Hal ini bertujuan agar risiko terjadinya sariawan dapat dikurangi. Kamu juga dapat memenuhi asupan nutrisi tersebut melalui konsumsi vitamin dan suplemen.

Ketahui Ciri-Ciri HIV ketika Pertama Kali Terinfeksi

Ketika menginfeksi tubuh, virus HIV yang menjadi penyebab AIDS akan merusak sistem kekebalan tubuh. Virus ini akan masuk, menginfeksi, dan merusak sel CD4 yang merupakan jenis sel darah putih. Inilah sebabnya, kamu perlu tahu apa saja ciri-ciri HIV sehingga bisa segera mendapat penanganan.

Sel CD4 atau nama lainnya adalah sel-T merupakan salah satu bagian penting dari kekebalan tubuh.

Ketika virus HIV menginfeksi dan menghancurkan sel tersebut, maka dampaknya adalah daya tahan tubuh menjadi semakin melemah.

Masa inkubasi virus HIV di dalam tubuh bisa bervariasi pada tiap pengidapnya. Meski begitu, masa inkubasi ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 4 minggu setelah terinfeksi.

Apa Gejala Awal Virus HIV?

Sangat penting untuk mengetahui apa saja yang menjadi ciri-ciri HIV/AIDS pada fase awal, sehingga kamu bisa segera melakukan penanganan.

Apa saja ciri-ciri HIV pada tahap awal? Berikut beberapa di antaranya:

1. Demam

Pada fase awal, penyakit ini memiliki sebutan acute retroviral syndrome (ARS) atau sindrom HIV akut.

Gejala HIV dapat berupa demam tinggi dengan suhu mencapai lebih dari 38 derajat Celsius.

Ketika berada pada fase ini, munculnya gejala juga bersama dengan sakit tenggorokan dan rasa lelah berlebihan.

2. Kelelahan juga menjadi salah satu ciri-ciri HIV

Kelelahan kronis terjadi karena respons tubuh terhadap peradangan yang muncul akibat infeksi virus HIV.

Gejala HIV ini rasanya sama seperti tidak enak badan atau radang tenggorokan yang terjadi karena penyakit influenza.

Namun, jika radang tenggorokan terjadi bukan karena infeksi virus, berikut Cara Menangani Radang Tenggorokan yang bisa kamu lakukan.

3. Pembengkakan kelenjar getah bening

Ciri-ciri atau gejala HIV selanjutnya adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening. Sebab, kelenjar tersebut merupakan bagian dari sistem kekebalan yang membantu tubuh dalam meredakan peradangan akibat virus.

Pembengkakan kelenjar yang terjadi bisa muncul pada lebih dari dua tempat dengan ukuran lebih dari satu sentimeter.

Pembengkakan ini umumnya terjadi pada leher atau ketiak dalam waktu lebih dari tiga bulan.

HIV bisa menular dan menyebar dengan mudah setelah masuk ke dalam tubuh.

Ketika berada pada fase ini, aliran darah pengidap mengandung virus HIV dalam tingkat tinggi, sehingga meningkatkan peluang penularan penyakit.

Karena tidak semua pengidap mengalami gejala awal HIV, pemeriksaan menjadi satu-satunya cara mengetahui adanya virus dalam tubuh.

Diagnosis juga meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah risiko penularan penyakit ke pasangan seksual mereka.Untuk Cegah Komplikasi, Ini Dokter yang Bisa Bantu Perawatan HIV/AIDS.

Penyebab dan Faktor Risiko HIV

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, cairan vagina, air mani, dan ASI.

Infeksi HIV tidak dapat menular melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, berbagi makanan, atau menggunakan toilet bersama.

Berikut penyebab utama penularan HIV yang perlu diwaspadai:

1. Hubungan seksual tanpa pengaman

Hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi meningkatkan risiko penularan HIV.

Seks anal memiliki risiko penularan lebih tinggi dibandingkan dengan seks vaginal karena lapisan rektum lebih tipis dan mudah terluka.

2. Penggunaan jarum suntik bersama

Penggunaan jarum suntik secara bergantian, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik, meningkatkan risiko penularan HIV. Peralatan medis yang tidak steril juga dapat menjadi sumber infeksi.

3. Penularan dari ibu ke bayi

HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Pemberian ARV selama kehamilan dapat mengurangi risiko penularan dari ibu ke bayi hingga hampir nol.

4. Transfusi darah yang terinfeksi

Meskipun saat ini transfusi darah diperiksa secara ketat, masih ada risiko kecil penularan jika darah yang digunakan belum melalui pemeriksaan yang baik.

Adapun faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi HIV sehingga perlu kamu waspadai:

  • Berhubungan seksual dengan banyak pasangan tanpa kondom.
  • Memiliki infeksi menular seksual lain (seperti sifilis atau herpes) yang dapat meningkatkan risiko masuknya virus HIV ke dalam tubuh.
  • Menerima transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi tanpa pemeriksaan yang ketat.
  • Bekerja dalam lingkungan medis yang memiliki risiko terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.

Mengetahui penyebab dan faktor risiko HIV sangat penting dalam mencegah penyebaran virus serta meningkatkan kesadaran untuk melakukan tes HIV secara berkala bagi individu yang berisiko.

 

Tahapan Infeksi HIV

Infeksi HIV berkembang melalui tiga tahap utama, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.

Tanpa pengobatan yang tepat, virus ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan berujung pada AIDS.

Gejala HIV dapat bervariasi tergantung pada tahapan infeksi, dan beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi hingga bertahun-tahun kemudian.

Tahap 1: Infeksi Akut HIV (2–4 minggu setelah paparan)

Tahap ini merupakan fase pertama HIV, di mana virus mulai berkembang dengan sangat cepat dalam tubuh.

Gejala yang dialami apabila seseorang telah masuk fase pertama HIV adalah mirip dengan flu dan biasanya muncul dalam 3 bulan pertama setelah infeksi.

Gejala awal HIV yang umum terjadi pada pria dan wanita dalam tahap ini meliputi:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Ruam kulit (bisa berbentuk merah atau bintik kecil di berbagai bagian tubuh)
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher, ketiak, dan selangkangan
  • Nyeri otot dan sendi
  • Kelelahan ekstrem
  • Mual, muntah, atau diare

Gejala HIV pada pria stadium awal umumnya tidak jauh berbeda dengan wanita, namun beberapa pria mungkin mengalami nyeri testis atau gangguan ereksi.

Sementara itu, gejala HIV pada wanita tahap awal terkadang disertai dengan infeksi jamur vagina berulang, menstruasi tidak teratur, atau keputihan abnormal.

Pada tahap ini, viral load (jumlah virus dalam darah) sangat tinggi, sehingga risiko penularan HIV ke orang lain juga meningkat.

Meskipun gejala-gejala ini dapat mereda dalam beberapa minggu, virus tetap aktif dalam tubuh dan terus menyerang sistem kekebalan.

Tahap 2: Infeksi Kronis (Tahap Laten Klinis – Bisa Bertahan Bertahun-tahun)

Setelah fase akut, infeksi HIV memasuki tahap laten atau kronis.

Pada tahap ini, virus tetap aktif tetapi bereplikasi dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan tahap awal.

Ciri-ciri tahap ini:

  • Banyak orang tidak menunjukkan gejala penyakit HIV sama sekali, sehingga sering kali infeksi tidak terdeteksi.
  • Pada beberapa individu, gejala HIV pada pria dan wanita dapat berkembang secara perlahan, seperti:
    • Sariawan berulang
    • Infeksi kulit atau kuku
    • Pembengkakan kelenjar getah bening yang berlangsung lama
    • Penurunan berat badan ringan tanpa sebab yang jelas
    • Kelelahan kronis

Tanpa terapi antiretroviral (ARV), virus akan terus merusak sistem kekebalan tubuh hingga akhirnya masuk ke tahap AIDS.

Rata-rata, tahap ini bisa berlangsung 5–10 tahun atau lebih, tergantung pada kondisi tubuh dan ada tidaknya pengobatan.

Tahap 3: AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

AIDS adalah tahap akhir infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami kerusakan parah akibat rendahnya jumlah sel CD4 (di bawah 200 sel/µL).

Pada tahap ini, tubuh tidak mampu melawan infeksi dan penyakit dengan baik.

Gejala HIV AIDS yang umum terjadi:

  • Penurunan berat badan ekstrem
  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan
  • Demam berkepanjangan dan keringat malam
  • Infeksi jamur serius pada mulut, tenggorokan, atau alat kelamin
  • Sesak napas dan batuk yang tidak kunjung membaik
  • Sakit kepala parah dan gangguan neurologis seperti kebingungan atau kehilangan koordinasi otot
  • Infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, pneumonia berat, atau toksoplasmosis otak

Tanpa pengobatan, individu yang memasuki tahap AIDS biasanya memiliki harapan hidup hanya beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Namun, dengan terapi ARV yang tepat, HIV dapat dikontrol sehingga perkembangan menuju AIDS bisa dicegah.

Gejala Awal HIV Muncul Kapan?

Sayangnya, tidak banyak yang menyadari bahwa dirinya telah tertular virus HIV sampai infeksi berkembang menjadi sangat serius dan gejala telah bertambah buruk.

Perlu kamu ketahui bahwa ciri-ciri atau gejala HIV pada tahap awal dapat muncul antara dua hingga empat minggu setelah seseorang tertular.

Penyakit ini juga bisa berkembang dalam waktu yang lama dalam tiga tahapan utama, yaitu tahap awal, lalu tahap kedua, dan tahap terakhir atau tahapan paling parah dari infeksi HIV, yaitu penyakit AIDS.

Diagnosis HIV/AIDS

Diagnosis dilakukan melalui berbagai jenis tes untuk mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV serta memantau efektivitas pengobatan jika seseorang telah didiagnosis positif.

Berikut beberapa jenis tes yang digunakan dalam diagnosis HIV/AIDS:

1. Tes Antibodi HIV

Tes ini mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Biasanya dilakukan dengan tes darah atau tes oral swab (usap mulut).

Tes ini dapat mendeteksi infeksi dalam waktu 3–12 minggu setelah paparan, karena tubuh memerlukan waktu untuk memproduksi antibodi.

Contoh tes yang termasuk dalam kategori ini adalah Tes ELISA dan Tes Rapid HIV.

2. Tes Kombinasi Antigen-Antibodi (HIV Ag/Ab Test)

Tes ini tidak hanya mendeteksi antibodi, tetapi juga antigen p24, yang merupakan protein virus HIV yang muncul lebih awal setelah infeksi.

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi HIV lebih cepat dibandingkan tes antibodi, sekitar 2–6 minggu setelah paparan.

Tes ini sering dilakukan menggunakan sampel darah dari vena dan lebih akurat untuk deteksi dini.

3. Tes Asam Nukleat (NAT – Nucleic Acid Test)

Mendeteksi materi genetik virus HIV (HIV RNA) langsung dalam darah. Digunakan dalam kasus yang memerlukan deteksi lebih dini, yaitu 10–33 hari setelah paparan.

Biasanya dilakukan pada individu dengan risiko tinggi terpapar HIV atau untuk konfirmasi jika hasil tes lain tidak jelas.

4. Tes Sel CD4

Tes ini merupakan pemeriksaan lanjutan untuk memantau infeksi HIV. Fungsinya untuk mengukur jumlah sel CD4 (sel T limfosit) dalam darah, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.

Pada individu sehat, jumlah sel CD4 biasanya 500–1.500 sel per mikroliter darah. Jika jumlahnya turun di bawah 200 sel/µL, maka seseorang dianggap mengalami AIDS.

5. Pemeriksaan Viral Load (HIV RNA Test)

Pemeriksaan HIV lanjutan lainnya adalah viral load. Tes ini mengukur jumlah virus HIV dalam darah, yang menunjukkan seberapa aktif virus dalam tubuh.

Tes ini sering digunakan untuk menilai efektivitas terapi antiretroviral (ARV).

Target utama pengobatan adalah menurunkan viral load hingga tidak terdeteksi, yang berarti virus berada dalam tingkat yang sangat rendah dan risiko penularan menurun secara signifikan.

Diagnosis yang akurat dan pemantauan rutin terhadap sel CD4 dan viral load sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan terbaik serta mengurangi risiko komplikasi dari infeksi HIV/AIDS.

rokokslot

rokokslot

rokokslot

rokokslot

https://bulletin.csechem.org

mega4d

mega4d

mega4d

https://pafikotamedanlabuhan.org

 

 

10 Cara Meredakan Pilek yang Mudah Dilakukan

Cara meredakan pilek kerap diupayakan agar gejalanya tidak makin parah. Meski tidak bahaya dan biasanya bergejala ringan, pilek tetap saja dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, istirahat yang cukup hingga konsumsi obat dapat dilakukan agar pilek mereda dengan lebih cepat.

Pilek merupakan penyakit yang sering terjadi, bahkan siapa saja bisa mengalaminya sekali dalam setahun. Penyebab tersering penyakit ini adalah infeksi virus, salah satunya rhinovirus. Virus ini dapat  mengakibatkan peradangan pada saluran pernapasan atas sehingga produksi lendir meningkat.

Selain infeksi virus, alergi dan kualitas udara yang buruk hingga kelembapan udara yang rendah pun dapat menyebabkan pilek. Berbagai kondisi tersebut membuat saluran hidung menjadi kering sehingga rentan terinfeksi.

Pilek umum tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan medis. Namun, beberapa gejala pilek, seperti hidung tersumbat, badan nyeri, demam ringan atau menggigil, sakit tenggorokan, batuk, mata berair, bersin, maupun merasa lelah, dapat dipercepat penyembuhannya dengan melakukan berbagai cara meredakan pilek.

Cara Meredakan Pilek yang Cepat dan Ampuh

Pilek yang paling sering terjadi karena virus sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam 3–7 hari. Hal ini karena infeksi viurs adalah self-limiting disease yang mana akan menghilang dalam jangka waktu tertentu.

Namun, pilek juga bisa terjadi karena beberapa kondisi lainnya, sehingga memerlukan penanganan dengan atau tanpa obat. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk meringankan maupun mengatasi gejala pilek.

Berikut ini ada beberapa cara meredakan pilek yang dapat dilakukan dengan mudah agar gejalanya cepat membaik:

1. Istirahat yang cukup

Meski pilek tidak berbahaya, bukan berarti Anda boleh mengabaikan atau meremehkan penyakit ini. Bagaimana pun, tubuh membutuhkan istirahat yang cukup guna mempercepat proses penyembuhan. Nah, jika ingin cepat sembuh, Anda harus istirahat yang cukup sebagai cara mengobati pilek.

Jika tidak mendapatkan istirahat yang cukup, tubuh akan kelelahan karena memerlukan energi ekstra untuk melawan infeksi virus. Akibatnya, pilek bisa menjadi makin parah dan penyembuhan menjadi lebih lama.

2. Perbanyak minum air putih

Cara meredakan pilek yang paling mudah dilakukan adalah mengonsumsi air putih yang banyak. Hal ini dilakukan supaya tubuh tetap terhidrasi. Minum air putih akan mengobati pilek, terutama meredakan gejala hidung tersumbat, karena membuat lendir menjadi lebih encer sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Sebisa mungkin hindari mengonsumsi minuman yang bisa memicu dehidrasi, seperti kopi, soda, atau minuman beralkohol.

3. Konsumsi sup ayam

Sama seperti minum air putih, mengonsumsi makanan yang hangat dapat membantu mengencerkan lendir sehingga mengatasi masalah hidung tersumbat akibat pilek. Anda bisa mencoba mengonsumsi sup ayam sebagai cara meredakan pilek dengan makanan hangat.

Meskipun belum diketahui secara pasti bagaimana mekanisme sup ayam dapat meredakan pilek, kaldu dari sup ayam mampu menambah nutrisi bagi tubuh. Dengan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan nutrisi, sistem kekebalan tubuh pun meningkat sehingga mempercepat pemulihan.

Selain itu, makanan yang hangat seperti sup ayam juga dapat melegakan tenggorokan dan membuatnya terasa lebih nyaman.

4. Konsumsi teh jahe

Cara mengobati pilek selanjutnya adalah dengan mengonsumsi teh jahe. Manfaat ini bisa didapatkan karena jahe memiliki sifat antioksidan, antimikroba, dan antiperadangan sehingga dapat meredakan sakit tenggorokan dan badan nyeri akibat pilek.

Anda bisa mengonsumsi teh jahe dengan mengiris tipis 1 ruas jahe mentah yang sudah dibersihkan. Lalu, seduh irisan jahe ke dalam secangkir air hangat dan minum setelah air menjadi cukup hangat.

5. Konsumsi madu

Selain mengonsumsi teh jahe, cara meredakan pilek selanjutnya juga bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi madu. Bahan alami yang satu ini diketahui dapat digunakan sebagai cara meredakan pilek yang disertai dengan batuk dan sakit tenggorokan.

Hampir sama dengan teh jahe, manfaat ini bisa didapatkan karena madu juga memiliki sifat antibakteri dan antimikroba sehingga fungsinya mirip dengan antibiotik.

Anda bisa mendapatkan mencampurkan 1 sendok makan madu ke dalam secangkir air hangat. Untuk meningkatkan cita rasa, Anda juga bisa menambahkan perasan jeruk nipis. Selain menambah cita rasa, jeruk nipis juga kaya akan vitamin C yang dapat membantu mempercepat penyembuhan pilek.

6. Perbanyak konsumsi vitamin C

Vitamin C sudah lama dikenal akan manfaatnya yang sangat banyak untuk kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin ini memiliki sifat antioksidan yang dapat memperbaiki kerusakan sel akibat radikal bebas. Oleh karena itu, vitamin C dapat mempercepat proses penyembuhan dan meredakan gejala-gejala pilek.

Untuk mendapatkan manfaat vitamin C sebagai cara meredakan pilek, Anda bisa mengonsumsi buah dan sayuran yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, lemon, jeruk nipis, stroberi, paprika, brokoli, maupun kentang.

7. Kumur dengan air garam

Cara meredakan pilek yang mudah dilakukan di rumah adalah berkumur dengan air garam. Cara ini dapat mengurangi keparahan gejala pilek, salah satunya dengan meredakan sakit tenggorokan dan juga hidung tersumbat.

Ini karena air garam dapat mengurangi dan mengencerkan lendir. Selain itu, air garam juga akan membantu melegakan tenggorokan dan melembapkannya.

Untuk berkumur dengan air garam, Anda bisa melarutkan 1 sendok teh garam ke dalam segelas air putih. Anda bisa mengulangi cara ini hingga 4 kali sehari.

8. Tingkatkan kelembapan udara dengan humidifier

Saat kelembapan udara sedang rendah, saluran pernapasan rentan terinfeksi karena selaput lendir menjadi kering. Kondisi ini bisa membuat pilek menjadi makin parah. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa mempertimbangkan penggunaan humidifer.

Alat ini bisa meningkatkan kelembapan di ruangan, sehingga udara menjadi lebih lembap dan membuat hidung dan tenggorokan bernafas lebih lega. Humidifier juga dapat mengurangi jumlah kuman dan virus penyebab infeksi saluran pernapasan atas.

Namun, suhu udara di Indonesia sendiri sebenarnya sudah cukup lembap. Oleh karena itu, Anda dapat mempertimbangkan penggunaan humidifier atau hanya menggunakannya jika kelembapan udara di dalam ruangan sedang rendah.

Jika tidak memiliki humidifier, Anda bisa mengganti cara meredakan pilek ini dengan mandi menggunakan air hangat. Uap dari air hangat dapat memberikan kelembapan. Selain itu, mandi air hangat juga bisa meredakan nyeri di tubuh.

9. Gunakan air purifier

Polusi udara merupakan masalah yang bisa memengaruhi gangguan pernafasan, salah satunya pilek. Namun, polusi tidak hanya datang dari luar rumah saja, lho. Beberapa kebiasaan yang dilakukan di dalam ruangan, seperti penggunaan obat nyamuk, memasak, dan merokok juga bisa memperburuk kualitas udara.

Untuk mengendalikan kualitas udara yang buruk di dalam ruangan, Anda dapat mempertimbangkan penggunaan air purifier, terutama jika tinggal di lingkungan yang banyak polusi.

Air purifier dapat menyaring partikel udara yang menyebabkan polusi sehingga menjaga udara tetap bersih. Alat ini juga dapat digunakan sebagai cara meredakan pilek karena mampu mengurangi dan menyaring bakteri dan virus.

10. Konsumsi obat pilek

Cara meredakan pilek dengan obat-obatan bisa membantu mengurangi gejala dengan lebih cepat. Beberapa obat-obatan ini biasanya bisa Anda beli di apotek atau toko tanpa memerlukan resep dokter:

  • Dekongestan, untuk mengatasi hidung tersumbat
  • Antihistamin, sebagai obat antialergi yang meredakan bersin dan hidung meler
  • Ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam
  • Obat atau permen pelega tenggorokan, untuk meredakan sakit tenggorokan

Kebanyakan penderita pilek akan sembuh lebih cepat dan tidak menimbulkan masalah yang lebih serius. Namun, pilek yang tidak kunjung membaik hingga lebih dari 2 minggu setelah Anda melakukan cara meredakan pilek di atas, kemudian disertai dengan sakit tenggorokan, demam tinggi maupun demam yang terjadi lebih dari 3 hari, nyeri dada, bahkan sesak napas, segera periksakan ke dokter.

Apabila pilek makin parah dan tidak ditangani, komplikasi bisa terjadi, seperti infeksi bakteri, infeksi telinga tengah, dan juga sinus. Kondisi ini memerlukan pengobatan dengan antibiotik dan penanganan tambahan dari dokter sebagai cara meredakan pilek.

10 Pilihan Pengobatan Medis dan Alami untuk Batu Empedu

Batu empedu dapat menjadi komplikasi yang muncul akibat kolesterol tinggi. Tanpa perawatan, batu empedu bisa meningkatkan risiko terbentuknya kanker kantong empedu. Lantas, apa saja pengobatan untuk mengatasi batu empedu?

Pilihan pengobatan batu empedu tanpa lewat operasi

Semakin banyak jumlah dan semakin besar ukuran batu, semakin berisiko menyumbat kantong dan/atau saluran empedu. Jika sudah begini, Anda akan merasakan nyeri yang hebat di perut bagian kanan atas, terutama jika perut ditekan atau ditepuk.

Batu empedu yang dibiarkan terus akan menyebabkan kolesistitis akut, yaitu infeksi dan peradangan kantung empedu akibat tersumbat oleh batu.

Nah, untuk mengurangi gejala batu empedu sekaligus mencegah ukuran batu tersebut semakin bertambah besar, ada beberapa pengobatan medis yang bisa Anda coba.

Tenang, penanganan belum tentu akan berakhir di atas meja operasi. Berikut berbagai cara mengobati batu empedu.

1. Obat asam empedu

Dalam beberapa kasus, cara mengobati batu empedu paling mudah adalah dengan minum obat ursodiol atau chenodiol. Dua jenis obat ini telah terbukti dapat melarutkan batu empedu yang kecil. Obat asam empedu ini tersedia dalam bentuk pil yang diminum.

Obat-obatan ini bekerja dengan cara mengikis empedu sehingga memungkinkan batu empedu pecah lalu larut terbawa urin. Bagi banyak orang pil ini dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien batu empedu.

Namun, jika Anda tidak memiliki gejala, Anda mungkin harus menunggu dan melihat perkembangannya terlebih dahulu. Bahkan jika batu empedu kambuh berulang kali, dokter mungkin menunda perawatan atau pembedahan karena masalah kesehatan lainnya.

Jika operasi Anda tertunda, Anda harus tetap berada di bawah perawatan dokter dan segera melaporkan jika gejalanya kambuh lagi.

2. Terapi Extracorporeal Shock Wave Lithotrips (ESWL)

Terapi Extracorporeal Shock Wave Lithotrips (ESWL) adalah metode pengobatan batu empedu tanpa operasi jika jumlah batunya sedikit dan masih berukuran kecil (diameter kurang dari 2 sentimeter).

Cara mengobati batu empedu ini dilakukan dengan menghantarkan gelombang kejut melalui jaringan lunak tubuh untuk memecah dan menghancurkan batuan empedu tersebut.

3. Suntik

Penanganan batu empedu ini dilakukan dengan menyuntik cairan metil tersier-butil eter (MTBE) ke kantong empedu untuk melarutkan batu empedu.

Memang, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa MTBE cepat melarutkan batu empedu. Namun, layaknya prosedur medis lain, ada beberapa efek samping serius yang bisa ditimbulkan dari penggunaannya, seperti rasa terbakar parah.

Oleh karena itu, jika Anda ingin menggunakan metode suntik MTBE sebagai perawatan batu empedu, pastikan untuk mencari tahu semua informasi tentang prosedur ini. Tanyakan pula pada dokter terkait manfaat serta efek samping yang mungkin muncul.

4. Endoscopic retrograde cholangio-pancreatography (ERCP)

Penyumbatan batu pada saluran empedu juga bisa ditangani dengan prosedur endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP).

ERCP bertujuan untuk menghilangkan batu empedu tanpa mengangkat kantong empedu bagi orang yang kondisinya tidak cukup fit untuk menjalani operasi.

Proses ERCP memakan waktu sekitar 30 – 60 menit, atau bisa lebih cepat. Setelah menjalani prosedur ini, Anda umumnya harus menginap satu malam di rumah sakit untuk memantau kondisi.

Meski demikian, hal ini akan disesuaikan kembali berdasarkan kondisi pasien serta tingkat kesulitan yang dialami dokter selama melakukan prosedur.

slot deposit 5000

https://rahriady.com/

5. Ultrasound-Guided Drainage Procedure

Pilihan penanganan terbaik untuk pengidap batu empedu yang memiliki peradangan kantung empedu akut (kolesistitis) dan tidak bisa menjalani operasi adalah prosedur Acute Cholecystostomy (ACE) dengan Ultrasound-Guided Drainage Procedure. 

Pengobatan batu empedu ini menggunakan prosedur endoskopik yang ditempatkan di antara kantung empedu dan saluran pencernaan. Proses endoskopi dilakukan untuk menghilangkan infeksi pada saluran dan kantung empedu.

Umumnya dokter akan menyarankan pasien batu empedu diobati dengan prosedur ini daripada harus mengangkat keseluruhan kantung empedu.

6. Drainase transmural

Drainase transmural adalah pengobatan batu empedu dengan menciptakan saluran baru langsung lewat perut ke dalam kantong empedu.

Saluran ini terbuat dari stent logam yang nantinya akan ditempatkan di dalam perut. Hal ini bertujuan agar cairan dari kantong empedu mengalir langsung ke usus kecil.

7. Akupunktur

Akupunktur juga bisa menjadi pilihan pengobatan alternatif untuk bantu mengatasi batu empedu.

Satu penelitian di China menyebut akupunktur dapat meringankan sakit punggung, sakit perut, dan mual pada 60 orang dengan kolesistitis (radang kandung empedu). Hasilnya, akupunktur juga membantu mengatur volume kantung empedu.

Meski begitu, penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa akupunktur mengurangi jumlah atau ukuran batu empedu. Dengan kata lain, pengobatan ini hanya akan membantu meringankan gejala yang Anda rasakan.

Bila Anda ingin mencobanya, cari ahli akupunktur bersertifikat untuk menjamin keamanannya. Pastikan juga terapis akupuntur menggunakan jarum baru sekali pakai yang steril untuk menjaga kebersihan alat.

Pengobatan batu empedu dengan cara alami

Dalam banyak kasus, batu empedu taraf ringan tidak menimbulkan sakit yang intens karena ukurannya masih tergolong kecil dan tidak begitu menyumbat kantong empedu.

Untuk kasus yang ringan, berbagai pengobatan alami batu empedu berikut ini mungkin manjur untuk meredakan gejala batu empedu. Apa saja?

1. Kompres hangat bagian perut yang sakit

Mengompres perut atas dengan handuk hangat dapat menghilangkan rasa sakit akibat peradangan pada empedu. Anda cukup menempelkan handuk yang sudah direndam dalam air hangat ke daerah yang sakit selama 10 hingga 15 menit.

Anda juga dapat menggunakan botol air hangat yang ditempel ke perut kanan atas untuk mendapat efek yang sama. Ulangi proses ini sampai rasa sakitnya hilang.

2. Pakai cuka apel

Beberapa orang percaya cuka apel dapat menjadi obat batu empedu alami. Bahan alami ini bersifat antiradang yang dapat berguna untuk menghilangkan rasa sakit di kandung empedu.

Untuk mengobati nyeri perut, larutkan 2 sendok makan cuka sari apel dengan air hangat. Lalu minum dan tunggu sampai rasa sakitnya mereda. Sebaiknya jangan biasakan langsung minum sari cuka apel tanpa air, karena asamnya dapat merusak gigi Anda.

3. Minum teh peppermint

Peppermint mengandung mentol, senyawa yang dapat menenangkan dan membantu menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan manfaat pepermint sebagai obat batu empedu, Anda bisa meramunya menjadi teh.

Selain itu, teh daun mint juga dapat digunakan untuk meredakan sakit perut, meningkatkan kerja pencernaan, dan meredakan mual. Minumlah teh ini secara teratur untuk mengurangi jumlah serangan nyeri batu empedu yang Anda alami.

Pengobatan batu empedu dengan operasi

Jika batu empedu terus kambuh berulang kali, barulah dokter akan merekomendasikan operasi sebagai jalan pengobatan terakhir.

Operasi untuk mengobati batu empedu ini disebut dengan kolesistektomi. Kondisi yang mengharuskan pasien untuk dioperasi adalah sebagai berikut.

  • Bila batu masuk sampai menyumbat salah satu saluran empedu.
  • Bila batu berukuran besar dan memenuhi ruang dalam kantong empedu.
  • Mengalami gangguan perdarahan.
  • Sedang hamil tua.
  • Batu telah menyebabkan masalah lain seperti peradangan pankreas atau peradangan saluran empedu.

Nantinya pada saat operasi, dokter akan membuat sayatan yang cukup besar (sekitar 13 – 18 sentimeter) pada perut.

Kemudian, dokter akan melanjutkan dengan memotong kantong empedu dari salurannya, mengangkat kantong empedu, lalu menjepit semua saluran yang berhubungan dengan organ tersebut.

Begitulah berbagai prosedur pengobatan batu empedu. Ingat, selalu konsultasikan kepada dokter mengenai obat-obatan dan metode perawatan alternatif yang akan dilakukan guna memastikan bahwa pengobatan tetap aman.

6 Cara Mencegah Batu Empedu dengan Gaya Hidup Sehat

Semua orang bisa berpotensi mengalami batu empedu. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat hingga faktor keturunan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara mencegah batu empedu seperti yang akan dibahas dalam artikel berikut ini.

Daftar cara mencegah batu empedu

Kunci pencegahan batu empedu adalah diet bergizi seimbang, terutama tinggi serat, rendah lemak, serta rendah kolesterol. Produksi empedu sangat dipengaruhi oleh apa yang Anda konsumsi.

Namun, terdapat lagi cara yang juga perlu Anda perhatikan. Pencegah ini penting dilakukan, tidak perlu menunggu fungsi empedu telah menurun, atau terlepas Anda memiliki faktor risiko batu empedu atau tidak.

Di bawah ini kebiasaan hidup sehat yang bisa Anda lakukan dari sekarang.

1. Pertahankan berat badan sehat

Obesitas termasuk salah satu faktor risiko dari batu empedu. Hal ini karena orang dengan obesitas umumnya memiliki kadar kolesterol tinggi.

Kadar kolesterol yang tinggi pada empedu bisa membentuk kristal yang bisa berkembang menjadi batu empedu.

Penting untuk mengontrol berat badan sehat sebagai cara mencegah batu empedu. Jika perlu,  turunkan berat badan sampai mencapai ideal dengan cara yang sehat sehingga berat turun perlahan.

2. Terapkan diet seimbang

Dikutip dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, makanan yang mengandung serat membantu mencegah perkembangan batu empedu.

Konsumsilah serat sehat yang biasa ditemukan pada sayuran, dan buah-buahan minimal 5 porsi per hari sebagai pencegahan batu empedu.

Serat dapat mengikat kolesterol dalam usus dan membantu mengurangi jumlah kolesterol yang diserap ke dalam aliran darah. Hal ini mengurangi risiko pembentukan kristal kolesterol yang mungkin berkembang menjadi batu empedu.

Selain itu, hindari makanan yang tinggi lemak jenuh seperti gorengan, daging berlemak, dan produk susu penuh lemak.

3. Lakukan olahraga secara teratur

Cara mencegah batu empedu selanjutnya yaitu dengan melakukan olahraga secara teratur.

Aktivitas fisik dapat membantu Anda mempertahankan maupun menurunkan berat badan.

Olahraga juga dapat membantu dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida tinggi, yang merupakan faktor risiko dari batu empedu.

Biasanya durasi olahraga yang disarankan adalah 30 menit per hari atau 150 menit per minggu. Pilihlah olahraga yang Anda sukai dan mulai dari latihan ringan terlebih dulu.

Anda dapat melakukan joging, lari, bersepeda, atau bahkan berjalan dengan jarak jauh.

4. Penuhi kebutuhan air putih

Minum air putih yang cukup setiap hari membantu menjaga cairan empedu tetap encer dan dapat mengurangi risiko pembentukan batu empedu.

Pasalnya, dehidrasi menyebabkan tubuh kehilangan cairan, termasuk air yang berperan dalam menjaga cairan empedu tetap encer.

Ketika tubuh kekurangan air, empedu menjadi lebih pekat dan kental. Empedu yang pekat cenderung membentuk kristal-kristal kolesterol atau bilirubin yang dapat menggumpal menjadi batu empedu.

Dehidrasi juga dapat mengurangi volume empedu yang diproduksi oleh hati.

Empedu yang kurang encer karena volume yang berkurang meningkatkan risiko pembentukan endapan yang bisa berkembang menjadi batu empedu.

5. Hindari merokok dan alkohol

Hindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, karena kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk batu empedu.

Merokok menyebabkan peradangan kronis di tubuh, yang dapat memengaruhi fungsi hati dan kantong empedu.

Peradangan dapat mengubah komposisi empedu, sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu empedu.

Bahan kimia berbahaya dalam rokok juga dapat merusak sel-sel hati, mengurangi kemampuannya memproduksi empedu yang sehat dan seimbang.

Hati yang tidak berfungsi dengan baik dapat menghasilkan empedu yang lebih rentan membentuk endapan, cikal bakal batu empedu.

6. Hindari diet ekstrem

Penurunan berat badan yang cepat menyebabkan hati mengeluarkan empedu dalam jumlah besar.

Pengeluaran empedu yang berlebih ini dapat menjadi pekat dan membentuk kristal yang bisa berkembang menjadi batu empedu.

Diet ekstrem juga membuat asupan nutrisi tidak seimbang dan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan organ tubuh, termasuk kantong empedu.

Usahakan menurunkan berat badan secara bertahap, sekitar 0,5 – 1 kg per minggu.

Penurunan berat badan yang lambat mengurangi risiko peningkatan produksi empedu berlebih.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda dapat secara signifikan mengurangi risiko pembentukan batu empedu dan menjaga kesehatan kantong empedu.

Jika Anda memiliki gejala yang mencurigakan atau kekhawatiran tentang risiko batu empedu, penting berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran dan perawatan yang tepat.

7 Cara Mencegah Anemia yang Perlu Anda Lakukan

Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah. Sel darah merah berperan vital untuk menjaga suplai nutrisi dan oksigen ke setiap sel, jaringan, dan organ tubuh agar selalu berfungsi baik. Ketika Anda kekurangan darah merah, Anda dapat berisiko mengalami gejala anemia umum seperti cepat lelah dan selalu lemas, kulit pucat, dan susah bernapas lega. Lantas, langkah pencegahan seperti apa yang tepat agar bisa terhindar dari anemia?

Apa saja langkah-langkah pencegahan anemia?

Ketika didagnosis mengalami anemia, tubuh Anda tidak mendapatkan cukup darah yang mengandung banyak oksigen. Akibatnya, Anda mungkin merasa cepat lelah atau lemah, serta mudah pusing atau sakit kepala.

Setiap jenis anemia memiliki gejala yang bisa melemahkan dan mengganggu aktivitas harian, bahkan bisa menyebabkan komplikasi anemia.

Meski terdapat beberapa pilihan pilihan pengobatan kurang darah, mencegah anemia tentu jauh lebih baik daripada harus mengatasinya.

Berikut adalah beberapa langkah pencegahan anemia yang bisa Anda lakukan.

1. Makan makanan kaya zat besi

Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin di dalam sel darah merah.

Hemoglobin adalah zat yang memberi warna merah dan memungkinkan sel darah membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda.

Maka dari itu, memperbanyak makan makanan tinggi zat besi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia yang cukup mudah dilakukan. Beberapa makanan yang mengandung zat besi, antara lain:

  • daging tanpa lemak,
  • telur,
  • sayuran hijau, seperti bayam dan sawi, dan
  • sereal yang diperkaya zat besi.

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Indonesia, orang dewasa setidaknya butuh 26 mg zat besi per hari untuk mencegah anemia kambuh.

2. Makan makanan mengandung vitamin B12

Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi vitamin B12.

Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf, membuat DNA, dan berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat.

Masih mengutip tabel AKG milik Kemenkes, orang dewasa disarankan mencukupi kebutuhan vitamin B12 sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah pencegahan anemia.

Sumber vitamin B12 bisa Anda dapatkan dari makanan, seperti:

  • hati hewan, seperti sapi dan ayam,
  • kerang laut,
  • ikan,
  • daging,
  • unggas,
  • telur, dan
  • susu dan produk susu lainnya yang mengandung vitamin B12.

3. Makan makanan mengandung asam folat

Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru, termasuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang mati.

Itu sebabnya, asam folat menjadi salah satu nutrisi penting untuk mencegah anemia.

Makanan yang mengandung asam folat bisa Anda dapatkan dari:

  • sayuran berdaun hijau, seperti bayam,
  • buah jeruk,
  • kacang polong,
  • roti,
  • sereal,
  • nasi, dan
  • pasta.

4. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C

Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin C dapat menjadi cara mencegah anemia secara alami.

Orang dewasa setidaknya butuh 75 mg vitamin C dalam sehari untuk menjaga kesehatan sel darah dan fungsi tubuh lainnya tetap sehat.

Vitamin C berperan dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus. Inilah alasannya orang yang kekurangan vitamin C berisiko mengalami anemia.

5. Berikan susu sapi pada anak mulai 1 tahun ke atas

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), memberikan susu sapi pada bayi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia sejak dini.

Namun, pastikan Anda memberikan susu sapi pada anak saat usianya—setidaknya—mulai satu tahun ke atas.

Hal ini lantaran susu formula yang terbuat dari sapi memiliki kandungan zat besi yang rendah.

Masih dari AAP, susu sapi juga dapat mengiritasi lapisan usus bayi sehingga memicu perdarahan dan hilangnya zat besi di dalam tubuh anak.

Meski risikonya kecil, bayi yang terlalu cepat mengonsumsi susu sapi bisa berisiko kekurangan zat besi. ASI masih menjadi asupan nutrisi terbaik untuk bayi di bawah satu tahun.

Namun, apabila karena kondisi tertentu Anda harus memberikan susu formula pada bayi yang belum genap 1 tahun, cobalah memberikan susu kedelai untuk mencegah anemia.

Anda mungkin juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan pengganti ASI yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi bayi Anda.

6. Berhenti minum alkohol

Minuman memabukkan dinilai dapat menurunkan produksi sel darah merah di sumsum tulang. Ini karena alkohol menyebabkan nutrisi dari makanan lain tidak dapat terserap tubuh dengan baik.

Nutrisi yang banyak berkurang karena minum alkohol umumnya adalah vitamin B12 dan folat.

Padahal, vitamin B12 dan asam folat sangat berguna untuk memproduksi sel darah merah. Itu sebabnya, segeralah berhenti minum alkohol sebagai salah satu cara untuk mencegah anemia.

7. Masak pakai peralatan yang terbuat dari besi

Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan memasak menggunakan peralatan berbahan besi (flat iron).

Panci dan wajan yang terbuat dari besi akan membantu memasukkan kadar zat besi ke dalam masakan Anda.

Meskipun belum dapat dipastikan apa hubungannya, beberapa penelitian menemukan bahwa wajan atau panci dari besi dapat melepaskan zat besi dari makanan yang dimasak.

Namun tidak semua bahan masakan bisa mengeluarkan zat besi saat dimasak di wajan besi.

Cara mencegah anemia ini hanya bisa dilakukan pada makanan yang rasanya asam, misalnya saus tomat dan hidangan yang diolah dengan cuka, lemon, atau jus jeruk nipis.

Upaya pencegahan anemia ini akan berdampak optimal apabila bahan masakan yang rasanya asam dimasukkan terakhir, sesaat sebelum makanan matang, dan langsung disajikan.

8. Menggunakan KB hormon

Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan rahim menebal secara berlebihan. Akibatnya, Anda mengalami perdarahan menstruasi yang lebih parah.

Kehilangan banyak darah selama menstruasi akhirnya membuat Anda rentan terhadap anemia.

KB hormon membantu mencegah anemia saat menstruasi dengan menyeimbangkan hormon dalam tubuh Anda.

9. Mengatasi masalah kesehatan yang menjadi penyebabnya

Perdarahan parah saat menstruasi dapat menyebabkan anemia.

Oleh karena itu, mengatasi penyebab perdarahan parah, seperti  tumor rahim, polip, gangguan fungsi ovarium, penggunaan KB non-hormonal, hingga kanker bisa mencegah anemia datang kembali.

Kunci mencegah anemia saat menstruasi adalah menjaga kecukupan zat besi dan mengatasi faktor penyebab menstruasi hebat.

Meski beberapa upaya pencegahan anemia di atas cukup mudah dilakukan, beberapa jenis anemia sayangnya tak dapat dicegah.

Anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel sabit dan thalasemia adalah contohnya.

Namun, jangan dulu berkecil hati. Cara-cara mencegah anemia di atas juga dapat membantu agar gejala yang Anda rasakan tidak kambuh ataupun memburuk.

Cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter terkait keluhan Anda agar mendapatkan perawatan yang sesuai.

9 Cara Mengatasi Asam Lambung Naik di Rumah dengan Cepat. Perhatikan Pola Hidup!

Asam lambung yang naik dapat mengganggu rutinitas sehari-hari. Namun, tenang saja, karena ada banyak cara untuk mengatasinya.

Naiknya asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi ketika cairan asam yang berada di dalam lambung naik ke kerongkongan.

Dalam kondisi normal, seharusnya isi lambung berjalan ke arah bawah menuju ke usus halus dan tidak berbalik ke arah atas hingga ke kerongkongan.

Lalu, ketika zat asam ini naik ke kerongkongan, Sahabat MIKA dapat mengalami perasaan tidak nyaman seperti nyeri perut, dada yang serasa terbakar, dan rasa pahit di tenggorokan.

Hal ini terjadi karena zat asam dapat merusak jaringan di dalam kerongkongan, termasuk di bagian perut, dada, hingga tenggorokan.

Lalu, bagaimana cara mengatasi naiknya asam lambung? Simak tips lengkapnya di bawah ini, ya!

Cara Mengatasi Naiknya Asam Lambung

Naiknya asam lambung dapat mengganggu rutinitas, termasuk bekerja, belajar, dan lain-lain.

Ketika asam lambung naik, cobalah untuk duduk tegak atau berdiri. Minumlah sedikit air mineral untuk menetralkan asam dan minum obat bila gejala berlanjut.

Selain itu, Anda bisa mengaplikasikan beberapa cara berikut.

1. Makan secara Bertahap

Saat asam lambung naik, bukan berarti Sahabat MIKA tidak boleh makan, ya!

Anda tetap boleh makan, tetapi harus bertahap. Hindarilah langsung makan “makanan berat” ketika asam lambung naik.

Cobalah makanan makanan yang ringan dan lembut lebih dulu, semisal biskuit, pisang, atau yoghurt. Apabila perut sudah terasa semakin nyaman, barulah Anda dapat secara bertahap mengonsumsi makanan yang lebih berat.

2. Hindari Makanan dan Minuman Pemicu Asam Lambung

Makanan dan minuman tertentu juga dapat memicu gejala naiknya asam lambung atau GERD semakin parah.

Beberapa makanan dan minuman yang harus dihindari di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Daun min
  • Makanan berlemak (gorengan, kulit ayam, makanan cepat saji, santan, dan lain-lain)
  • Makanan pedas
  • Makanan yang mengandung asam (cuka empek2, asinan)
  • Kopi
  • Teh
  • Cokelat
  • Minuman beralkohol
  • Minuman bersoda

3. Tidak berbaring setelah Makan

Ingat, asam lambung terjadi karena zat asam di dalam perut naik ke atas. Jadi, untuk mengurangi gejala dan dapat kembali pulih, zat asam tersebut harus dicegah naik ke atas.

Apabila saat asam lambung naik, Anda langsung berbaring, maka semakin banyak zat  asam yang akan naik.

Maka dari itu, setelah makan, usahakan berdiri dan berjalan ringan, atau tetaplah duduk tegak.

Pastikanlah Sahabat MIKA sudah selesai makan tiga jam sebelum jam tidur untuk memberikan kesempatan makanan di lambung turun ke usus halus.

4. Turunkan Berat Badan

Tahukah Sahabat MIKA, bahwa risiko GERD semakin tinggi jika memiliki berat badan berlebih?

Menurut penelitian yang dimuat Cureus, pada orang dengan berat badan berlebih, terjadi peningkatan tekanan di area perut. Kemudian, berat badan berlebih juga membuat sfingter esofagus (sejenis otot yang mencegah isi lambung naik ke esofagus) menjadi relaks, sehingga lebih mudah memicu naiknya asam lambung.

Dengan menurunkan berat badan, tekanan pada area perut akan berkurang dan menurunkan risiko terjadinya asam lambung naik.

Menurunkan berat badan bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan sehat dan rutin berolahraga.

5. Berhenti Merokok

Ketika asam lambung naik, jauhilah rokok meski Anda sedang menginginkannya.

Pasalnya, asap rokok yang masuk ke dalam tubuh dapat memicu asam di dalam perut kembali naik ke kerongkongan. Karenanya, menghindari rokok sama dengan mencegah naiknya asam lambung berlebih.

Selain itu, setelah asam lambung kembali normal, cobalah berhenti merokok sambil menurunkan berat badan.

Pasalnya, menurut jurnal PLoS One, penurunan keparahan asam lambung terjadi pada orang yang berhenti merokok dan memiliki berat badan ideal sesuai indeks masa tubuh atau body mass index   (BMI).

6. Hindari Aktivitas Berat

Hindarilah aktivitas fisik yang berat setelah makan, apalagi yang melibatkan gerakan membungkuk.

Pasalnya, gerakan tersebut dapat membuat asam di perut naik kembali ke kerongkongan.

Jika membutuhkan aktivitas fisik setelah makan, Sahabat MIKA cukup berjalan kaki sejenak di sekitar rumah.

7. Tidur dengan Posisi Kemiringan 45 Derajat

Untuk mencegah asam lambung naik kembali di malam hari, Anda dapat tidur dengan sudut tidur 45 derajat.

Untuk menciptakan posisi ini, sanggalah punggung dengan bantal agar posisi kepala lebih tinggi dari kaki.

8. Redakan Stres

Kondisi stress dapat meningkatkan produksi asam lambung.

Karenanya, penting meredakan stress untuk memperbaiki gejala naiknya asam lambung.

Ada banyak cara untuk meredakan stres, di antaranya, menjaga pola tidur dan pola makan yang teratur. Kemudian, sebisa mungkin hindarilah kondisi yang memicu stres demi mencegah naiknya asam lambung.

9. Obat-obatan

Jika asam lambung tidak dapat tertangani dengan cara tradisional, Anda dapat mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi gejala.

Beberapa obat yang biasa direkomendasikan untuk mengatasi asam lambung di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Antasida untuk menetralkan asam lambung
  • H2 blockers untuk menurunkan kadar asam dengan menghalangi reseptor asam di perut
  • Penghambat pompa proton (PPI) untuk menurunkan kadar asam lambung pada tingkat yang cukup parah